ORANG TUA ADALAH GURU TERBAIK BAGI ANAK 


Assalamualikum warahmatullahi wabarakatuh

alhamdulillahi rabbil 'alamin, wabihi nasta'inu 'ala umuridunya waddin, wassalati wassalamu 'ala ayrofil anbiya'i wal mursalin, wa 'ala alihi wa shahbihi ajma'in. amma ba'du. 

HADIRIN YANG DIMULIAKAN ALLAH 

Ada sebuah lagu:

 "Ada anak bertanya pada bapaknya: Buat apa berlapa-lapar puasa? Tarawih Tadarus apa lah gunanya." 

Si bapak pun menjawab: Puasa mengajarkan rendah hati selalu, Tarawih mendekatkan diri pada llahi, tadarus artinya memahami kitab suci

Itu tadi, saya ambil dari lagu Bimbo yang sudah sangat populer. Dari lagu itu kita bisa belajar soal bagaimana mendidik anak yang baik. Terkadang ada anak yang sangat tinggi rasa ingin tahunya. Sayangnya, banyak orang tua yang belum berhasil menghadapi anak yang seperti ini. Alasanya cuma satu, tidak sabar. 

Nah Iho.. Kalau orang tua nggak sabar, jadinya nggak bisa ramah, kalau sudah nggak ramah, nongolnya marah-marah. Kalau sudah marah-marah, jadilah anak suka mbantah. Kalau sudah suka mbantah, siapa yang salah? 

Walaupun nasi sudah jadi bubur, masih mungkin rasanya enak. Tapi kalau anak udah salah didik sejak kecil, apa mau dikata? 

HADIRIN YANG DIRAHMATI ALLAH 

Kata orang-orang dulu, mendidik anak itu seperti merawat pohon. Kalau pohon itu bengkok sewaktu masih kecil masih bisa diluruskan, entah pakai disangga atau pakai alat lainnya. Tapi kalau udah besar, coba aja kalo bisa! Sama kayak anak kita, kalau sejak kecil dididik baik-baik, insya Allah besarnya juga jadi baik dan saleh. 

Masih kata orang-orang dulu. Anak itu ibarat kertas kosong, Mau ditulis apa aja itu terserah orang tuanya atau yang mendidiknya. Tapi orang dulu ini, namanya Nabi Muhammad, kata beliau: kullu maulidin yuuladu alal fithroh dst. Setiap anak itu lahir dalam keadaan nol, kosong, nggak tahu apa-apa. Mau dijadikan Yahudi atau Nasrani ya tergantung orang tuanya. Ini nih, yang sering kejadian, tapi banyak yang nggak nyadar, anak itu ternyata suka meniru apa yang dilakukan orang tuanya 

bahkan orang-orang di sekitanya. Orang tuanya nggak nyadar si anak ngelihat dia lagi marah-marah, bapaknya marah sambil bentak-bentak ke ibunya: "Nggak usah, aku nggak pengen makan, pergi sana urusin anakmu!" Nggak pakai nunggu sampe besok, waktu sang ibu nawari makan sambil disuapin ke anaknya, si anak langsung mbentak ibunya: "Nggak mau, aku nggak lapar!" Itu sekadar contoh, kasus-kasus lainnya masih buanyak lagi. 

Dari situ, seharusnya jadi orang tua mesti hati-hati kalau ngapa-ngapain. Misalnya, kalau mau ngomel-ngomel dan tengkar jangan sampai anak ngelihat. Lha trus gimana? Ya diredam dulu marah-marahnya, tunggu sampai anak tidur, atau masuk kamar dikunci baru tempur sepuasnya di dalam. Wah, susah. Memang karena anak itu suka mem-fotokopi atau meniru kelakuan orang tuanya. Tapi alangkah lebih kalau nggak usah marah-marah. 

HADIRIN YANG BERBAHAGIA 

Kadang kita lebih suka menyalahkan lingkungan ketika anak kita berkelakuan jelek. Misalnya ketika anak kita ikut tawuran, kita pasti bilang, "Gara-gara gaul ama si anu, kelakuan anakku jadi kayak gini." Atau "Gara-gara masuk sekolah di SMA/SMK/ STM anu, anakku malah doyan tawuran", dan lain-lain. 

Kita jarang atau bahkan nggak pernah ngaca atau introspeksi diri. Padahal pendidikan awal buat anak itu dari orang tuanya, bukan sekolah atau pesantren. Makanya ada pepatah yang bilang, "Buah jatuh nggak bakal jauh dari pohonnya". Ketika anak berbuat hal-hal negatif, mestinya kita tanya pada diri kita sendiri, "Apa yang udah saya lakukan kok anak saya bisa jadi seperti ini?" bukan malah nyalahin lingkungan

Namun, kadang ada juga orang tua yang secara tidak langsung ngajari atau ngedidik anaknya untuk hal-hal jelek seperti berbohong. Misalnya ada orang tua yang bilang pada anaknya, “Nak, nanti kalau Pak/Bu anu datang kemari, bilang Ibu/Bapak sedang nggak ada di rumah, pergi”, atau ada juga orang tua, Bapak/lbu, yang ketahuan oleh anaknya sedang selingkuh, trus ia bilang, “Nak, jangan bilang-bilang Mama/Papa ya.., nanti Papa/Mama beliin mainan baru.” 

Karena anak-anak itu masih lugu dan labil kondisinya, orang tua mestinya memberikan pendidikan yang benar secara optimal dan lebih baik langsung ditanganí sendiri. Tapi kebanyakan yang terjadi sekarang adalah pengasuhan anak itu diserahkan ke orang lain, baby sitter misalnya. Parahnya, si orang tua sepenuhnya nyerahin begitu aja, tanpa ada pengawasan atau kontrol. 

HADIRIN YANG DIMULIAKAN ALLAH 

Padahal kita tahu bahwa anak adalah titipan Allah Swt., sekaligus aset masa depan kita. Tanpa anak, garis penerus keluarga akan terputus. Jika didikannya salah, selain penyesalan vang dapat dirasakan langsung oleh orang tuanya, si orang tua pun dapat dosa dari Allah Swt., karena telah menyia-nyiakan titipannya. 

Oleh karena itu, sebagai orang tua amatlah penting untuk menangani langsung dalam pendidikan anak. Dan, yang lebih penting adalah mendidik anak bukan sekadar mengisi asupan otak atau dalam bahasa kerennya IQ, tapi asupan emosi atau EO dan juga hati/spiritual SQ. Karena percuma punya anak pintar tapi nggak punya etika, punya anak berparas ganteno cantik tapi buruk akhlaknya. Tanamkan etika sedari dini,, dan cara menanamkannya si orang tua pun harus menggunakan etika pula. 

Semoga kita termasuk orang-orang yang tidak menyia- nviakan titipan Allah Swt. dan termasuk orang-orang yang dapat mendidik anak dengan baik.

wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh

Post a Comment

jangan lupa tinggalkan komentar

أحدث أقدم