JUDUL : ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY. DENGAN POSTPARTUM SEKSIO SESAREA INDIKASI LETAK SUNGSANG DI RSUD KOJA JAKARTA UTARA

BAB IV
PEMBAHASAN
Pada bab ini penulis akan membahas mengenai kesenjangan yang ada pada teori dan Kasus Asuhan Keperawatan Pada Ny. I Dengan Postpartum Sectio Caesarea Atas Indikasi Sungsang Di RSUD Koja, Jakarta Utara. Pembahasan ini dimulai meliputi proses keperawatan yang terdiri dari pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi. Selanjutnya penulis membahas mengenai faktor pendukung dan penghambat.
A. Pengkajian
Data yang dikumpulkan melalui pengkajian adalah data primer dan data sekunder. Data primer meliputi pengkajian fisik, observasi dan wawancara. Data sekunder merupakan data yang diperoleh dari pasien dan keluarga. Pada kasus, umumnya pengkajian yang dilakukan sama dengan yang ada pada teori, namun penulis menemukan adanya kesenjangan antara teori dan kasus. Menurut teori Maritalia (2012) pada hari pertama dan kedua pasca persalinan ibu akan mengalami konstipasi. Hal ini disebabkan karena pada waktu melahirkan alat pencernaan mendapat tekanan yang menyebabkan pengeluaran cairan yang berlebihan (dehidrasi), kolon menjadi kosong, kurang makan, hemoroid dan laserasi jalan lahir. Namun pada kasus penulis tidak menemukan adanya keluhan konstipasi pada pasien hal ini disebabkan pasien selalu mengkonsumsi makanan tinggi serat seperti pepaya, pisang, dan sayuran hijau yang selalu dibawakan oleh suaminya.
Menurut teori Marliandiani dan Nyna (2015) setelah persalinan, tekanan darah dapat menjadi lebih rendah hal ini dikarenakan terjadinya perdarahan pada proses persalinan. Namun pada kasus penulis tidak menemukan tekanan darah rendah pada pasien, tetapi penulis menemukan tekanan darah yang tinggi saat pengkajian kepada pasien yaitu 146/90 mmHg. Hal ini terjadi dikarenakan pasien mengalami hipertensi gestasional yaitu hipertensi pada kehamilan atau pasca partum tanpa disertai proteinuria dan hipertensi ini menghilang setelah 3 bulan pasca persalinan dengan atau tanpa tanda tanda preeklampsia tanpa proteinuria (Prawirohardjo, 2018). Pada pasien ditemukan peningkatan tekanan darah tanpa adanya proteinuria dan tidak ditemukan tanda gejala lainnya seperti nyeri kepala hebat, penglihatan kabur, edema tungkai dan mual muntah.
Menurut teori Yanti dan Sundawati (2011) secara khas penurunan tonus dan motilitas otot traktus cerna menetap selama waktu yang singkat setelah bayi lahir. Kelebihan analgesia dan anastesia bisa memperlambat pengambilan tonus dan motilitas ke keadaan normal, stabilitas secara sempurna terjadi pada 6-8 minggu setelah persalinan. Namun pada kasus penulis menemukan pasien sudah dapat aktivitas sederhana secara mandiri seperti miring kanan dan miring kiri, duduk dan memangku anaknya. Hal ini terjadi karena pasien setelah pasca persalinan rutin melakukan mobilisasi dini yang mana manfaat mobilisasi dini yaitu memperlancar peredaran darah dan mempercepat penyembuhan luka ditambah pasien merupakan ibu postpartum sectio caesarea hari ke-2.
Pada teori Siwi dan Endang (2015) disebutkan bahwa pada hari ke-2 setelah melahirkan, ibu postpartum akan mengalami fase taking in yaitu periode ketergantungan. Fase ini berlangsung dari hari pertama sampai hari kedua melahirkan. Pada fase ini ibu sedang berfokus terutama pada diri sendiri. Sedangkan pada kasus ditemukan pasien sudah berada pada fase letting go, karena pasien sudah memiliki kesiapan untuk menerima tanggung jawab akan peran barunya dan terjadi peningkatan akan perawatan diri dan bayinya. Hal ini disebabkan karena pasien sudah mempunyai pengalaman dalam merawat diri dan bayi sebelumnya. Faktor pendukung selama melakukan pengkajian yaitu pasien dan keluarga bersikap kooperatif saat dikaji sehingga penulis mampu memperoleh data-data yang dibutuhkan. Penulis tidak menemukan adanya faktor penghambat dalam melakukan pengelompokkan data.
B. Diagnosa Keperawatan
Pada tahap ini penulis menyusun diagnosa keperawatan berdasarkan dengan prioritas yang bersifat aktual. Berdasarkan teori diagnosa keperawatan yang muncul ada lima. Sedangkan pada kasus, diagnosa keperawatan yang muncul hanya empat. Tiga diagnosa yang ditemukan kasus dan sesuai dengan diagnosa yang ada pada teori yaitu nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik, menyusui tidak efektif berhubungan dengan ketidakadekuatan suplai ASI, dan risiko infeksi berhubungan dengan prosedur invasif. Sedangkan dua diagnosa yang ada pada teori, namun tidak ada pada kasus yaitu gangguan citra tubuh berhubungan dengan efek tindakan pembedahan dan gangguan pola tidur berhubungan dengan ketidaknyamanan pada periode postpartum, kurang kontrol tidur. Satu diagnosa lainnya yang ada pada kasus namun tidak ada pada teori yaitu gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri.
Diagnosa yang ada pada kasus namun tidak ada pada teori yaitu gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri. Diagnosa tersebut diangkat oleh penulis karena menurut penulis saat dilakukan pengkajian pasien mengatakan nyeri pada saat banyak bergerak dan pasien hanya dapat miring kanan dan miring kiri belum dapat berdiri ataupun berjalan ke kamar mandi sendiri.
Diagnosa yang ada pada teori namun tidak ada pada kasus yaitu gangguan citra tubuh berhubungan dengan efek tindakan pembedahan. Diagnosa tersebut tidak diangkat oleh penulis dikarenakan pasien sebelumnya sudah pernah dilakukan persalinan sectio caesarea pada kelahiran anak pertama dan kedua. Pasien memaklumi dengan perubahan tubuhnya setelah melahirkan, pasien juga nampak tidak merasa keberatan saat menunjukkan luka post sectio caesarea yang terdapat pada abdomen. Selanjutnya diagnosa gangguan pola tidur berhubungan dengan ketidaknyamanan pada periode postpartum, diagnosa tersebut tidak diangkat oleh penulis dikarenakan pada saat dilakukan pengkajian pasien merasa waktu tidurnya cukup meskipun tidak teratur, tidak terganggu karena bayinya tenang, serta pada pasien tidak tampak tanda-tanda kurang tidur.
C. Perencanaan
Perencanaan keperawatan dibuat dan disusun berdasarkan pada teori dan kebutuhan pasien. Tujuan dalam rencana keperawatan disesuaikan dengan waktu praktik yaitu selama 3 x 24 jam yang meliputi penetapan masalah prioritas, perumusan diagnosa, penentuan tujuan dan kriteria hasil, serta rencana tindakan. Adapun diagnosa yang sesuai antara teori dan kasus namun penentuan rencana tindakannya tidak sama dengan teori yaitu diagnosa nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik, rencana tindakan yang tidak ada pada teori namun ada pada kasus yaitu monitor tanda-tanda vital, identifikasi pengaruh budaya terhadap respon nyeri, monitor efek samping penggunaan analgetik, dan berikan lingkungan yang nyaman.
Adapun diagnosa keperawatan dan rencana tindakan yang tidak ada dalam teori namun ada pada kasus yaitu diagnosa gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri. Penulis menyusun rencana tindakan berupa monitor tanda-tanda vital, Identifikasi nyeri atau keluhan fisik lainnya, identifikasi toleransi fisik melakukan ambulasi, monitor frekuensi jantung dan tekanan darah, monitor kondisi umum selama melakukan ambulasi, jelaskan tujuan dan prosedur ambulasi, dan anjurkan melakukan ambulasi dini ajarkan ambulasi sederhana yang dilakukan. Rencana tindakan ini disusun karena diharapkan mobilitas fisik pasien meningkat, pergerakan ekstremitas dan kekuatan otot meningkat, serta nyeri berkurang dan pasien tidak merasakan lemas.
D. Pelaksanaan
Seluruh rencana dan tindakan keperawatan yang telah disusun dan dilakukan oleh penulis telah di dokumentasikan dengan baik dan benar. Namun dalam melakukan tindakan keperawatan, penulis tidak dapat melakukan semua tindakan keperawatan selama 24 jam, tetapi penulis melakukan tindakan secara bergantian dalam satu hari. Hal ini disebabkan karena pergantian shift dan jam dinas yang dibatasi. Rencana yang telah disusun dan dapat diimplementasikan selama 2 hari karena pasien telah diperbolehkan pulang pada hari ke-2 pelaksanaan asuhan keperawatan.
Faktor pendukung yang ditemui penulis dalam melakukan tindakan keperawatan kepada pasien yaitu pasien bersedia dan sangat kooperatif saat dilakukan tindakan keperawatan, serta adanya kerjasama yang baik antara penulis dengan pasien dan keluarganya. Serta lingkungan yang kondusif, dan tersedianya alat-alat kesehatan yang memadai. Pada saat pelaksanaan tidak ditemukannya faktor penghambat oleh penulis.
E. Evaluasi
Evaluasi disesuaikan dengan teori yaitu evaluasi proses dan evaluasi hasil. Dari empat diagnosa keperawatan yang diangkat, semua diagnosa telah tercapai, yaitu nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik (luka post sectio caesarea), menyusui tidak efektif berhubungan dengan ketidakadekuatan suplai ASI, resiko infeksi berhubungan dengan luka insisi bedah, gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri dan pasien diperbolehkan pulang.

Post a Comment

jangan lupa tinggalkan komentar

Previous Post Next Post